Karhutla Jadi Lingkaran Setan

Polusi Udara Jakarta
Monas terlihat samar akibat polusi udara di Jakarta, 11 Agustus 2023 (Sumber: TEMPO)

“Kukira embun, ternyata jerebu (asap)”, tulis seseorang di akun media sosial. 

Kabar tentang polusi udara di DKI Jakarta sedang ramai berembus. Teriakan-teriakan warga ibu kota semakin memekik usai situs IQAir merilis Indeks Kualitas Udara (AQI) kota metropolitan itu yang terburuk sedunia pada Jumat, 11 Agustus 2023 pukul 06.00 WIB. Bahkan, sejumlah media massa tak ragu menyebutnya sebagai daerah paling beracun di bumi. 

Beberapa orang yang pertama kali ke Jakarta mungkin merasa heran, bagaimana warga setempat mampu hidup berdampingan dengan udara berselimut asap? Semua mata pun tertuju pada daerah yang sebentar lagi melepas gelar ibu kota itu, karena digantikan oleh Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Tidak sedikit yang merasa iba, banyak pula yang mengkritisi kebijakan pemerintah daerah.


Daerah Pinggiran Sering Terlupakan

Polusi Udara Akibat Karhutla
Polusi Udara Akibat Karhutla (Sumber: UNJ)

Tak hanya Jakarta, ternyata masih ada sejumlah daerah di Indonesia yang lebih dahulu terpaksa hidup dengan udara tak sehat. Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara (Ditppu), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan, kualitas udara di Jambi, Palembang, Pekanbaru, Pontianak, serta Palangkaraya dalam kategori “Sangat Tidak Sehat” pada 2019 akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Dikutip dari kompas.id, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Riau (Kepri) Muhammad Hasbi, Selasa, 9 Mei 2023 menyatakan, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Natuna merupakan dua daerah paling rawan karhutla. Dalam empat bulan terakhir, kobaran api telah menghanguskan lebih dari 100 hektar lahan di Kabupaten Bintan.

Data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kepri menyebutkan, setidaknya 46 persen kawasan hutan di Kepri telah diokupansi (menjadi hunian). “Fenomena keterancaman hutan sudah status mengkhawatirkan, pelaku mulai dari masyarakat dan perusahaan secara legal serta ilegal, termasuk pemerintah,” kata Kepala Ombudsman Perwakilan Kepri Lagat Parroha Patar Siadari, dilansir dari ombudsman.go.id.

Peta Provinsi Rawan Karhutla 2023
Peta Provinsi Rawan Karhutla 2023

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto menyatakan enam provinsi masuk dalam prioritas penanganan karhutla menjelang musim kemarau kering. Enam provinsi tersebut terdiri dari tiga di Sumatra dan tiga lagi di Kalimantan.

“Jadi, ada enam provinsi prioritas, ada tiga di Sumatera: Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Kemudian tiga di Kalimantan, yaitu Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan,” ucap Suharyanto di Gedung BNPB, Jakarta, Rabu, 25 Januari 2023, dikutip dari cnnindonesia.com.


Gambut yang Luput (dari Perhatian)

Lahan Gambut
Lahan Gambut (Sumber: EcoNusa

Pojok Iklim KLHK melaporkan, karhutla pada 2015 sebagian besar terjadi pada ekosistem gambut. Menurut pantaugambut.id, kebakaran di lahan gambut pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia dan didukung oleh peristiwa alam, seperti El Nino. Sehingga kemarau berlangsung berkepanjangan dan ditambah oleh kondisi fisik gambut yang sudah mengalami degradasi.

Sebanyak 2,6 juta hektare hutan gambut di 32 provinsi lenyap pada 2015. Jumlah emisi setara karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan mencapai 1,1 gigaton. Akibatnya, kabut asap terjadi di hampir 80 persen wilayah Indonesia. Bahkan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam harus menanggung akibatnya.

Terdapat 28 juta jiwa terdampak, 19 orang kehilangan nyawa, dan hampir 500 ribu orang mengalami gangguan sistem pernapasan atau infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Tak hanya itu, kesehatan kulit dan mata juga terserang akibat asap hasil kebakaran gambut yang mengandung karbon dioksida, sianida, dan amonium.

Air Gambut
Air Gambut Berwarna Keruh dan Kemerahan (Sumber: riau.go.id)

Gambut mungkin kalah populer apabila dibandingkan dengan hutan hujan tropis maupun mangrove. Tak sedikit pula yang menyangsikan manfaat dari ekosistem gambut. Unggahan di media sosial yang menunjukkan kondisi air keruh berwarna merah dari gambut semakin membuatnya terpinggirkan. 

Program transmigrasi yang digalakkan pemerintah guna mengolah lahan gambut pun tak jarang menemui kegagalan. Hal itu terbukti dari Proyek Lahan Gambut (PLG) Sejuta Hektar yang diselenggarakan di Kalimantan Tengah di era mantan Presiden Soeharto pada 1996 dinilai gagal. 

Sebagaimana publikasi Tempo, Staf Ahli Menteri Percepatan Pembangunan Wilayah Timur Rosyid M di Palangkaraya, Rabu, 8 Oktober 2003 menjelaskan, pelaksanaan proyek lahan gambut tidak berhasil sejak perencanaan hingga tahap pemberdayaan lahan.

 

Gambut Simpan Segudang Manfaat

Manfaat Gambut
Ilustrasi Manfaat Gambut

Meski bukan prioritas, ekosistem gambut memiliki banyak manfaat, baik dari sisi ekologi maupun ekonomi.  Apa sajakah itu?

 

1.   Kurangi Dampak Bencana Banjir dan Kemarau

Lahan gambut mempunyai kemampuan menyerap air yang sangat tinggi layaknya tandon air. Gambut mampu menampung air hingga 450-850 persen dari bobot keringnya.


2.   Menunjang Perekonomian

Beberapa jenis tanaman yang mudah ditemui di ekosistem gambut, antara lain pulai, kayu hitam sulawesi, getah sundi, jambuan, pala, geronggang, dan durian. Selain itu, hutan gambut di Kalimantan menjadi rumah bagi ramin, kayu untuk pembuatan furnitur.


3.   Habitat Flora dan Fauna

Gambut menjadi rumah untuk perlindungan keanekaragaman hayati. Beberapa jenis satwa yang umum ditemui, yaitu orangutan, macan dahan Kalimantan, lutung merah, bangau hutan rawa, beruang madu, tapir, macan sumatera, angsa sayap putih, lutung kelabu, hingga ikan air tawar terkecil di dunia (Paedocypris progenetica).


4.   Mitigasi Perubahan Iklim (Climate Change)

Gambut dapat menyerap (sequester) dan menyimpan (sink) cadangan karbon dua kali lebih banyak daripada hutan yang ada di seluruh dunia.  Lahan gambut di Indonesia diperkirakan menyerap 57 gigaton karbon atau 20 kali lipat karbon tanah mineral biasa.

Mengingat betapa pentingnya gambut secara lingkungan dan ekonomi. Maka, mari #BersamaBergerakBerdaya Indonesia Merdeka dari Kebakaran Hutan dan Lahan.

#EcoBloggerSquad

Sumber:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230125202307-20-904890/6-provinsi-terancam-karhutla-jelang-musim-kemarau-2023

https://ditppu.menlhk.go.id/portal/read/kondisi-kualitas-udara-di-beberapa-kota-besar-tahun-2019

https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/05/09/dua-kabupaten-di-kepri-rawan-kebakaran-hutan-dan-lahan

https://ombudsman.go.id/artikel/r/pwkmedia--konsinyering-ombudsman-bahas-tergerusnya-kawasan-hutan-di-kepulauan-riau

https://nasional.tempo.co/read/20664/proyek-lahan-gambut-sejuta-hektar-gagal

https://pantaugambut.id/pelajari/penyebab

http://pojokiklim.menlhk.go.id/read/mari-kita-cegah-kebakaran-hutan-dan-lahan

 


0 komentar