(Me) Lamun: Tangkap Karbon Hajar Polusi

(Me) Lamun: Tangkap Karbon Hajar Polusi

Meski namanya “Lamun”, ia tidak hanya “melamun” ‘tuk berdiam diri. Ia justru mampu menyelamatkan alam dari kerusakan, menyediakan berbagai macam nutrisi, dan rumah bagi makhluk di sekitarnya.

Tak banyak #MudaMudiBumi yang mengetahuinya, ia sering dianggap rumput yang terbenam di bawah air laut. Terabaikan dan tak sengaja diinjak bahkan terhempas oleh lambung kapal. Bahkan juga sering disamakan dengan rumput laut yang dikonsumsi manusia.

Padahal keduanya berbeda dan tidak pernah berkerabat. Memang lamun tidak mengenyangkan, tetapi menyejahterakan. Tanpanya, suhu bumi semakin memanas dan kehidupan akan terancam. Mengapa demikian?


Lamun Bukan Rumput Laut

Perbedaan rumput laut dan lamun

Apa Itu Lamun? Lamun adalah tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae) dan berkeping satu (monokotil) yang sepenuhnya tinggal di laut. Lamun layaknya hutan di daratan karena membentuk hamparan seperti karpet yang disebut dengan istilah padang lamun (seagrass bed).

Lamun mudah ditemukan hampir di seluruh wilayah perairan laut dunia kecuali di Antartika. Tercatat ada 12 jenis dan 60 spesies lamun. Indonesia patut berbangga karena memiliki 13 spesies lamun dari 5 jenis diantaranya.  Lamun dapat melakukan fotosintesis, sehingga harus berada di perairan dangkal (1-3 meter) dan yang terdalam mencapai 30 meter.

Apa Perbedaan Lamun dengan Rumput Laut? Lamun (seagrass) merupakan tumbuhan sejati yang memiliki batang, daun, dan akar. Sementara rumput laut (seaweed), yaitu alga yang tubuhnya tersusun dari bagian menyerupai akar (holdfast) dan menyerupai batang (thallus).


Laut Bukan Hanya Mangrove dan Terumbu Karang

manfaat lamun

Selama ini, sebagian orang mengenal ekosistem mangrove (hutan bakau) dan terumbu karang saja sebagai penghuni lautan. Mangrove berada di kawasan pesisir atau rawa muara sungai (pertemuan sungai dengan air laut). Sedangkan terumbu karang kerap dijadikan spot snorkeling dan menyelam (diving).

Padahal, lamun juga menjadi bagian dari laut yang tak kalah penting. Setidaknya ada tiga poin utama manfaat lamun, yakni:


1.  Lokasi Biota Laut Mencari Makan (Feeding Area)

Berbagai jenis ikan tidak hanya mencari mangsa di wilayah terumbu karang. Ikan-ikan yang hidup di perairan dangkal dan permukaan (pelagis) juga terbiasa menargetkan makanannya di padang lamun. Hewan pengembara lautan seperti penyu juga menjadi bagian dari para penghuni lamun. Bahkan mamalia langka, yakni dugong/duyung (Dugong dugon) mengkonsumsi lamun.


2.  Tempat Meletakkan Telur dan Berkembang Biak (Spawning Area)

Lamun juga dianggap sebagai tempat ideal untuk bereproduksi, memijah, dan menetaskan telur ikan-ikan maupun hewan tanpa tulang belakang (invertebrata) laut. Biasanya, ikan akan menempelkan telur-telurnya di sela-sela dedaunan lamun. Predator di daerah lamun tidak begitu kompleks dan agresif layaknya kehidupan di laut dalam. Sehingga relatif lebih aman dan nyaman seperti bersandar di pundak pacar, eh.


3.  Habitat Beraneka Ragam Organisme (Nursery Area)

Seperti disinggung sebelumnya, jika di padang lamun terdapat penyu dan dugong. Selain itu, juga ada beraneka macam ikan-ikan kecil yang menetap di antara rerimbunan jurai-jurai lamun. Cacing, ketam, udang, teripang (timun laut), bulu babi, ikan baronang, rajungan, serta moluska (siput dan kerang). Keanekaragaman satwa tersebut memiliki nilai ekonomis sangat tinggi.


Bagaimana Lamun Menyerap Polusi?

Proses lamun menyerap polusi

Selain tiga manfaat utama di atas, lamun yang hidup di dasar laut (substrat) berpasir, berlumpur, hingga berbatu ternyata juga menangkap sedimen dan mengendapkan partikel terlarut dalam air laut. Sehingga ia berperan mengurangi kekeruhan perairan. Jika melihat air laut yang jernih, kita patut berterima kasih karena “kerja keras” si lamun ini salah satunya.

Lamun juga mampu meredam gelombang laut yang akan menyerang daratan. Akar-akar lamun dapat mencengkeram dasar laut sehingga mencegah abrasi. Ancaman pulau tenggelam bisa diminimalisir oleh “pahlawan” lamun.

Sebagai produsen primer yang bisa membuat makanannya sendiri, lamun memerlukan sinar matahari, nutrien (nitrogen dan fosfor), serta karbondioksida. Lamun akan memfiksasi karbon organik untuk memasuki rantai makanan dan melakukan proses dekomposisi (menghancurkan) biomassa sebagai serasah.

Dengan kata lain, padang lamun membantu mengurangi laju perubahan iklim dengan menyerap sejumlah emisi karbon. Padang lamun menjadi agen Blue Carbon, yakni bagian vegetasi pesisir yang siap menyerap karbondioksida (carbon sink). Lamun adalah penumpas #SelimutPolusi yang kerap terlupakan.

Belakangan ini, upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sudah banyak dilakukan oleh para pakar. Namun lebih banyak fokus pada vegetasi darat seperti hutan hujan tropis dan perkebunan (green carbon) yang sering mengabaikan peran ekosistem pesisir. Padahal lamun memiliki kecepatan tumbuh dan produktivitas tinggi (500-1000 gC/m2/tahun).

Emisi gas rumah kaca paling besar yang dihasilkan oleh aktivitas manusia adalah karbondioksida (CO2), yaitu sebesar 55%. Sementara itu, sekitar 93% CO2 yang ada di bumi disimpan dalam lautan. Hal ini salah satunya berkat kemampuan lamun menyerap CO2 melalui proses fotosintesis.

Karbon yang diserap oleh lamun sebagian digunakan sebagai energi untuk fotosintesis. Dan sebagian lainnya disimpan dalam jaringan-jaringan tubuhnya dalam bentuk biomassa. Biomassa lamun merupakan satuan gram (berat kering maupun berat abu) bagian tubuh di atas substrat (daun, buah, batang, dan bunga) serta bagian di bawah substrat (akar dan juga rimpang) per m2 (gbk/m2).

Kandungan karbon pada lamun menggambarkan seberapa besar CO2 terlarut dalam air laut yang dapat diikat lamun. Berdasarkan penelitian Graha et al. (2016) menunjukkan bahwa rata-rata stok karbon lamun 20,68 gC/m2 di Pantai Sanur, Bali. Sedangkan total stok penyimpanan karbon keseluruhan area mencapai 66,60 ton (322 Ha). 60% bagian bawah substrat dan 40% stok karbon bagian atas substrat.


Ganasnya Karbondioksida Bagi Kehidupan di Laut

Emisi karbondioksida yang dipancarkan ke udara dibedakan berdasarkan sumbernya, yaitu:

1.    Mobile Transportation (sumber bergerak).

2.    Stationary Combustion (sumber tidak bergerak) seperti perumahan.

3.    Industrial Processes (proses industri).

4.    Solid Waste Disposal (pembuangan limbah).

Emisi CO2 juga dikategorikan menjadi:

1.    Emisi Langsung

Emisi langsung dari aktivitas atau sumber ruang batas seperti kendaraan bermotor.

2.    Emisi Tidak Langsung

Emisi dari aktivitas dalam ruang batas yang ditetapkan seperti konsumsi energi rumah tangga.

Bertambahnya kadar karbondioksida dapat meningkatkan temperatur lautan. Ketika CO2 memasuki air laut, maka akan terjadi pembentukan asam karbonat (H2CO3). Selanjutnya akan memisahkan bikarbonat (HCO3-) dengan senyawa hidrogen (H). Penambahan senyawa hidrogen menyebabkan penurunan tingkat keasaman lautan. Dampaknya akan mengubah kondisi lingkungan perairan dan tingkah laku ikan. Bahkan kematian ikan laut mencapai 50% akibat peningkatan suhu laut secara ekstrem sebesar 1,3-2,4 derajat Celcius.

 

Bagaimana Kondisi Lamun Saat Ini?

kondisi lamun saat ini

Tim Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melaporkan bahwa persentase tutupan lamun di perairan laut Indonesia adalah 40% atau 150 ribu hektar. Sementara itu, sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 tahun 2004, padang lamun dengan tutupan di bawah 40% masuk kategori 'kurang sehat'.

Selanjutnya, Duarte et al. (2012) dalam Graha et al. (2016) lamun hanya menyita luasan laut kurang dari 0,1%. Namun, padang lamun dapat menyimpan sekitar 20% dari total karbon di laut. Mirisnya, saat ini kerusakan ekosistem lamun di seluruh lautan Indonesia mencapai 75-90%.

Sebagai kawasan konservasi perairan, sungguh disayangkan jika kerusakan lamun dibiarkan begitu saja. Pasalnya, potensi ekonomi yang tergerus akibat hilangnya padang lamun mencapai Rp 251,48 juta per hektar selama setahun. Berbagai jenis organisme laut tak lagi memiliki tempat mencari makan. Bencana alam bisa saja datang tanpa ada aba-aba.

Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Tanpa adanya lamun, apa yang ditakutkan benar-benar berubah menjadi nyata. Bukan hanya hutan di daratan, lamun mampu menjadi salah satu solusi untuk mengatasi polusi dan perubahan iklim pula.


Apa yang Bisa Dilakukan Untuk Lamun?

lamun
Lamun yang dimanfaatkan masyarakat (Dokumentasi pribadi)

Pada umumnya, masyarakat awam belum memahami apa itu lamun dan manfaatnya bagi alam. Seperti pada foto di atas, saya menemukan lamun yang dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ternak. Mereka masih menganggap lamun tersedia cuma-cuma dan boleh dipergunakan kapanpun.


belajar lamun bersama peneliti LIPI
Belajar lamun bersama peneliti LIPI (Dokumentasi pribadi)

Sedangkan kegiatan manusia khususnya di wilayah pesisir yang tak ramah lingkungan semakin masif. Misalnya penangkapan ikan dengan alat tangkap merusak (cantrang, payang, dan bom ikan), industri pelabuhan, pembangunan pemukiman, dan rekreasi. Reklamasi pantai untuk kawasan industri secara langsung juga meningkatkan tekanan pada lamun. Berbagai pencemaran termasuk limbah rumah tangga, perikanan (tambak), dan pertanian berdampak pada penurunan kondisi lamun.

Sebagai pecinta laut (Thallasophile), saya berusaha melakukan langkah-langkah sederhana untuk menyelamatkan kelestarian lamun. Contohnya menyebarkan informasi tentang lamun pada sebuah artikel yang dipublikasikan pada laman Beranda Inspirasi. #UntukmuBumiku, saya juga pernah belajar langsung kepada peneliti lamun dari LIPI di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Serta berkesempatan melaksanakan transplantasi lamun untuk memulihkan padang lamun yang hilang/rusak.

Transplantasi lamun di Pulau Tidung (Dokumentasi pribadi)

Untuk menghadirkan lamun dalam keabadiaan di bumi, saya tidak bisa sendiri. Saya perlu bantuan semua orang sebagai #TeamUpForImpact. Jika kamu bertanya apa yang harus dilakukan? Cukuplah jadi bijaksana dengan ekosistem yang ada di laut. Kamu bisa membagikan artikel ini, supaya lebih banyak orang yang sadar akan keberadaan lamun. Sekarang kamu tahu kan, kalau Laut Punya Lamun Si Pahlawan Karbon?

Kamu juga bisa gabung Team Up For Impact di laman berikut. Bisa nanam pohon tanpa kotor-kotoran loh. Gimana caranya? Coba cek aja…

Team Up For Impact

Sumber Rujukan:

Aqualdo, N., Eriyati, & Indrawati, T. (2012). Penyeimbangan lingkungan akibat pencemaran karbon yang ditimbulkan industri warung internet di Kota Pekanbaru. Jurnal Ekonomi, 20 (3), 1-11.

Graha, Y. I., Arthana, I W., & Karang, I W. G. A. (2016). Simpanan karbon padang lamun di kawasan Pantai Sanur, Kota Denpasar. Jurnal Ecotrophic, 10 (1), 46-53.

Nuary, Z. A. (2020). Dampak perubahan temperatur dan karbondioksida lingkungan terhadap kondisi ikan karang. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 25 (1), 64-69.

http://lipi.go.id/siaranpress/ekosistem-padang-lamun-di-indonesia-masih-kurang-bagus/18396.

http://national-oceanographic.com/article/kenalan-dengan-lamun-seagrass-yuk.

http://national-oceanographic.com/article/peran-lamun-dalam-mengatasi-global-warming.

http://national-oceanographic.com/article/rumput-di-laut-tapi-bukan-rumput-laut-itulah-lamun-seagrass

0 komentar