2 Juli 2022, aku memberanikan diri untuk mengajukan permohonan magang di sebuah lembaga pers. Bukan kaleng-kaleng, namanya mentereng karena kritis dan independen. Bahkan di masa Orde Baru pernah dibredel habis-habisan. Sudah bisa ditebak apa media massa tersebut?
Ya,
TEMPO !!!
Bukan, bukan aku tidak sadar diri, ataupun
memaksakan kehendak untuk bercita-cita magang di TEMPO. Namun, aku percaya kata
pepatah,
“Lebih
baik mencoba daripada tidak sama sekali”
Mengenai kemungkinan diterima ataupun tidak, aku memasrahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Yang bisa ku lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin.
Ini #LangkahKecilHariIni
yang ku lakukan. Bagaimana denganmu?
Bagaimana Aku Mulai (Love
& Hate) Menulis?
Foto Buku Diary Pertama dan Terakhirku |
Ingat betul, ketika duduk di bangku kelas 5 SD, aku merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Entah orang menyebutnya sebagai cinta monyet ataupun sekadar perasaan kagum semata. Namun yang kurasakan sungguh berbeda, ada getaran-getaran tersembunyi di dalam hati ketika berjumpa dengannya (asekk).
Ia adalah kakak kelas setingkat lebih tinggi dariku. Tentunya ia memiliki wajah rupawan dan kemampuan otak yang tidak begitu pas-pasan. Sementara aku hanyalah Upik Abu layaknya si buruk rupa yang tak tahu malu mengharapkan seorang pangeran. Sebut saja ia, Mas Manis karena ketika dia tersenyum, seakan semut-semut juga ikut terpesona.
Sedari awal, aku menyadari bahwa cintaku pasti bertepuk sebelah tangan. Benar saja, ternyata Mas Manis ‘menembak’ teman sekelasku sendiri. Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat itu. Sudah pasti remuk tetapi aku hanya bisa menyembunyikannya dan berusaha tegar. Bahkan aku mengucapkan selamat kepada temanku itu.
Selama aku menyimpan rasa pada Mas Manis, aku hanya mampu mengungkapkannya melalui tulisan. Aku menuliskan kekagumanku di dalam lembaran-lembaran Buku Diary dengan cover berwarna hijau. Ku goreskan kata demi kata kisah penuh kasih yang tak pernah terbalas.
Cuplikan Tulisanku yang Sering DIkatakan Seperti Ceker Ayam |
Namun, suatu hari, ada bencana tiba
menghampiriku. Ibu dan kakakku dengan sengaja membaca diary kebanggaanku itu. Malu, marah, sakit hati, semua bercampur
aduk. Hingga rasa dendam begitu menggebu-gebu. Sampai pada akhirnya kalimat
sumpah serapah keluar dari mulutku,
“Aku tidak akan pernah menulis diary lagi”
Tentu saja aku menepati janjiku itu dan tak
pernah sekalipun berniat ‘menyentuh’ buku diary
lagi sampai saat ini. Bahkan karena peristiwa kelam itu, aku begitu
membenci seluruh kegiatan yang berbau menulis. Seperti menulis pelajaran dan
mengerjakan PR hanya kulakukan asal-asalan sebagai wujud menggugurkan
kewajiban.
Laptop Datang, Rindu Menulis pun Menyerang
Sertifikat Perlombaan Pertamaku |
Perkembangan teknologi yang cepat telah membawaku pada perubahan. Sebelumnya, aku bersahabat karib dengan komputer-komputer usang di warnet (warung internet) tepat depan sekolah. Ketika menginjak akhir-akhir masa belajar di SMA sekitar tahun 2013-an, orang tuaku memberi sebuah laptop. Tentunya untuk mempermudah proses pengerjaan tugas yang pada saat itu lebih sering diketik.
Di tahun yang sama, seorang teman mengajakku untuk terlibat dalam proyek LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah). Bukan tanpa alasan, ia sebegitu percayanya kepadaku. Sebab kami berdua tergabung dalam KIR (Kelompok Ilmiah Remaja). Mau tidak mau, aku membantunya menyusun karya tulis. Walaupun aku tahu, kemampuan dan rasa benciku akan menulis masih menggebu-gebu.
Jelas, kami tidak menang. Kami hanya
dianugerahi sebuah sertifikat fisik sebagai bukti keikutsertaan alias peserta. Benar
kata orang, “Pengalaman Adalah Harta
Paling Berharga”. Berkat peristiwa yang hanya sekejap itu, rasa suka pada
dunia kepenulisan sekejap hinggap ke dalam benakku.
Berprestasi
Sekaligus Menempa Diri
Foto Pertama Kali Lolos Pendanaan PKM DIKTI |
Ketika berganti gelar menjadi seorang mahasiswa, minatku di bidang kepenulisan semakin terasah. Aku mendaftarkan diri pada organisasi riset dan karya ilmiah di kampus.
Ungkapan orang bijak yang mengatakan, “jika kamu berteman dengan penjual parfum, maka tubuhmu juga ikut wangi”. Sangat relate dengan diriku, karena keterpaksaan melihat lingkungan pertemanan yang suka menulis. Mau tidak mau akhirnya menular padaku, jadinya aku mulai terbiasa menulis pula. Bahkan aku juga sering ikut kompetisi menulis untuk melihat sejauh mana kemampuan diri.
Pada awalnya, aku ikut PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang diadakan oleh Kemendikbud. Tujuannya hanyalah sebuah keharusan bagi penerima salah satu beasiswa pendidikan termasuk diriku. Tidak disangka, aku dan tim lolos pendanaan. Dari sanalah rasa candu timbul akan dunia perlombaan menulis.
Total sebanyak 4 kali aku dan kelompok
didanai riset PKM. Selanjutnya ada sekian kali meraih trofi di bidang
kepenulisan karya ilmiah dan business plan.
Kampus-kampus ternama mulai dari ujung Barat Indonesia, yakni Universitas
Syiah Kuala, Institut Pertanian Bogor, sampai di bagian Timur, Universitas
Hasanuddin pernah aku kunjungi. Tentunya dengan misi membanggakan almamater
sendiri, Universitas Brawijaya.
Tertatih
Untuk Berlatih
Ikut Kelas Menulis |
Perjuanganku dalam menulis tentunya tidak mudah. Dulu yang aku tahu, “Menulis Hanyalah Mengungkapkan Isi Pikiran dalam Bentuk Kata-kata”. Namun semakin hari, kekeliruan itu semakin aku patahkan. Sebab menulis itu tidak hanya memilih kata (diksi) yang indah menjadi puisi, menyusun alur cerita seperti sebuah novel, maupun ucapan lugas layaknya penulisan berita langsung.
Nyatanya, Menulis Itu Ada Banyak Jenisnya.
Tak serta merta, gaya kepenulisan yang satu cocok untuk digunakan pada seluruh jenis tulisan. Misalnya, ketika ingin mengungkapkan perjuangan tokoh hebat (human interest), akan lebih enak dibaca jika seorang penulis memakai teknik story telling. Ataupun ketika menulis artikel populer, disarankan menghindari penggunaan data-data yang terlalu membingungkan pembaca. Serta masih banyak lainnya…
Karena hal itulah, aku berupaya untuk
selalu belajar metode penulisan yang beragam caranya. Beberapa kali aku
mengikuti Webinar, Diskusi Grup, dan Kelas Interaktif. Layanan penyedia kursus
menulis telah kucoba seperti Skill Academy dalam Program Kartu Prakerja. Serta
yang terakhir, aku diberi kesempatan menjadi satu dari 250 orang terpilih untuk
mengikuti Kelas Teknik Penulisan SEO, Program Digitalent KOMINFO bersama Tempo
Institute.
Dari sanalah, aku mengetahui program magang
di salah satu instansi media jurnalistik terbaik, yaitu Tempo.co. Sebelumnya,
aku pernah magang selama 4-5 bulan di startup
Lingkungan, LindungiHutan, juga sama menjadi Content Writer. Bahkan tulisanku sempat di notice beberapa artis di Instagram, salah satu Nadya Hutagalung.
Wujudkan Cita Menjadi Content
Writer
Beberapa kali aku mengikuti tes minat bakat, tes kepribadian, dan tes psikologi lainnya. Hasilnya selalu menunjukkan kecenderungan pada potensi menjadi Seorang Penulis. Karena aku memiliki karakter yang lebih mengarah kepada sosok Melankolis. Oleh sebab itu, aku memantapkan diri untuk mulai menata masa depan sedikit demi sedikit untuk menjadi Content Writer Profesional.
Dalam menggapai angan tersebut, tentulah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun bukanlah hal mustahil untuk dilaksanakan. Apabila kamu juga menginginkannya, kamu bisa memulainya dengan cara ikut Writing Camp yang diadakan KongkowNulis dan Jenius Co.create. Event tersebut diisi oleh penulis profesional yang ahli dibidangnya.
Atau kamu bisa juga menjadi seorang volunteer supaya bisa berkenalan pada dunia tulis-menulis. Syarat yang diminta sangatlah tidak sulit, asalkan kamu memiliki ketertarikan pada literasi. Dengan berkontribusi menjadi relawan, tidak hanya ilmu yang didapatkan, tetapi juga relasi yang tentunya sangat bermanfaat. Cuss… kunjungi Instagram dan Website KongkowNulis.
Sebelum meraih cita-cita menjadi Content Writer, tentunya perlu modal untuk belajar atau setidaknya membeli kuota internet. Sehingga mau tidak mau, aku harus mempersiapkan dana. Jadi, dari sekarang aku juga mulai menabung untuk masa depan agar tak berkabung.
Menyimpan uang di bawah bantal? Rawan
hilang dicuri orang!
Meletakkan uang di dalam lemari? Awas ada
rayap-rayap nakal kelaparan!
Simpan di bank konvensional? Malas ribet
datang ke kantor cabang!
Jenius
solusinya !!!
Jenius adalah aplikasi perbankan digital milik Bank BTPN yang tersedia untuk Android dan IOS. Bank digital ini sudah dirilis semenjak tahun 2016 loh. Telah di download sebanyak 5 juta kali serta di review 175.000 orang.
Sesuai fungsinya, Jenius sudah mengandalkan era digitalisasi. Tidak
ada kartu fisik ataupun tidak perlu datang ke gerai bank untuk pembukaan
rekening. Semuanya cukup dilakukan dengan sebuah smartphone. Cukup siapkan dokumen seperti KTP dan NPWP. Registrasi juga terbilang gampang, hanya mengisi data
diri yang meliputi identitas, alamat, dan pekerjaan. Proses aktivasi hanya
melalui Video Call yang memakan
waktu 5 menit.
Bahkan Jenius juga memberikan promo melalui penukaran Kode Referral sebesar 100 ribu rupiah untuk voucher belanja di beberapa e-commerce ternama. Tunggu apa lagi, cepat ambil keuntungan di Jenius sebelum kehabisan!!!
0 komentar