Menulislah, Wujud Nyata Memajukan Literasi Indonesia

 

Memajukan Literasi Indonesia Bersama JNE

“62”

Sebuah nilai yang dianggap buruk atau setara C jika di sekolah.

Sebuah angka yang dipikir banyak apabila dibandingkan dengan dua puluh lima.

Namun dirasa rendah jika itu merupakan peringkat sebuah negara.

Ya, Indonesia terpuruk pada urutan 62 dari 70 negara di dunia dalam hal literasi menurut survei Program for International Student Assessment (PISA) pada 2019. Indonesia, rendah daya bacanya, rendah daya saingnya, rendah pula tingkat literasinya. Tak perlu mengada-ngada, tak perlu membela, memang begitu adanya.

Literasi selalu berkaitan erat dengan kebiasaan membaca maupun kemampuan matematika. Namun pernahkah kamu menyadari bahwa literasi mempengaruhi kemajuan suatu bangsa? Tingkat literasi tak hanya menampilkan kecerdasan manusia, literasi juga menjadi tonggak peradaban Nusantara.

Literasi memang tak kasat mata, ataupun menjadi ladang pundi-pundi rupiah. Namun percayalah bahwa literasi mampu membawa kabar bahagia.


Belajar dari Kang Maman, Mari Menulis

“Literasi itu tidak hanya membaca, tetapi juga menulis”

Kang Maman

Berawal dari goresan pena, berakhir pada pemikiran terbuka. Begitulah saya mengamini pendapat dari pria dengan nama lengkap Maman Suherman itu.

Kang Maman berkali-kali menyatakan begitu pentingnya literasi demi kemajuan Indonesia. Melalui kanal media sosial instagramnya, beliau menyebut, “jangan mau dibayar untuk bodoh”. Sementara melalui buku ‘Aku Menulis Maka Aku Ada’, beliau berusaha menyakini kita, para penduduk Indonesia untuk mengedepankan literasi dalam setiap sentimeter kehidupan.

Saya tahu, menulis itu tidak mudah. Walau banyak penulis handal yang seenak udel menyatakan bahwa menulis itu gampang. Saya lebih mempercayai (lagi-lagi) ucapan Kang Maman, “menulis itu membaca berulang-ulang”. Daripada memberikan motivasi belaka, lebih baik menampilkan realita yang ada.

Perkara menulis itu memang jarang membawa kepopuleran dibandingkan dengan artis joget-joget berwajah good looking. Yang kita tahu selama ini hanya nama-nama seperti J.K. Rowling. Andrea Hinata, Tere Liye, maupun Kang Maman sendiri. Namun, melalui tulisan, kita bisa ikut andil membawa perubahan pada Indonesia.

Mengutip kalimat penyejuk dari Pramoedya Ananta Toer yang sering berseliweran di media massa, “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”.

Tak mengapa apabila nama kita tak terpampang diantara barisan penulis handal. Namun satu tulisan kita setidaknya bisa membawa kepada kebebasan. Kebebasan berpikir, kebebasan beropini, dan kebebasan menjunjung tinggi demokrasi. Karena literasi adalah kunci dari kemajuan negeri.

0 komentar