Walau pandemi belum segera
angkat kaki
Tapi ku mampu menjelajahi
ibu pertiwi
Dari beberapa lembar Buku
Imajinasi
Ku raih pengetahuan budaya seluruh penjuru negeri
…
Poster Lokakarya Daring Penulisan (psikindonesia.org) |
Tepat pada 7 Mei 2021, aku menerima sebuah surel (e-mail) berisikan pengumuman seleksi Lokakarya Daring Penulisan. Lokakarya tersebut diselenggarakan oleh KEMENKO PMK (Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia), FES (Friedrich Ebert Stiftung) Indonesia, dan PSIK (Pusat Studi Islam dan Kenegaraan) Indonesia, bertema ‘Lokalitas dan Pengetahuan Tradisional’.
Tak banyak harapku, ketika
mengetahui bahwa ada puluhan orang hebat yang juga tertarik mengikuti lokakarya
tersebut. Mulai dari penggiat budaya, dosen, hingga jurnalis. Sementara aku
hanyalah lulusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang menaruh minat untuk
sedikit belajar dan memperkenalkan kebudayaan khas Tapal Kuda Jawa Timur, yakni
Pendalungan.
Daftar Peserta Lokakarya Daring Penulisan (Dokumentasi Pribadi) |
Tapi tak bisa ku berkata-kata, ketika namaku terpampang dalam daftar Lolos Seleksi diantara beberapa orang tersohor di bidang kebudayaan. Tak pernah ku bayangkan sebelumnya, karena ternyata Dewi Fortuna sedang berpihak kepadaku kala itu. Aku menjadi satu diantara 23 orang yang lolos seleksi lokakarya.
Slide Presentasi Materi Lokalitas dan Pengetahuan Tradisional (Dokumentasi Pribadi) |
Bukan seperti webinar pada
umumnya, para peserta lokakarya akan melalui beberapa kali sesi pembekalan
materi. Berikut rangkaian acara dari lokakarya daring tersebut.
#1
Materi ‘Peran Pemuda dalam Merawat
Budaya Indonesia’ oleh Henry Thomas Simarmata (KEMENKO PMK) pada 7 Mei 2021.
#2
Materi ‘Reportase Kebudayaan: Mengungkap Lokalitas dan Pengetahuan Tradisional dalam Tulisan’ oleh Rosida Herawati Irsyad, M.Hum (Dosen FITK UIN Jakarta) pada 21 Mei 2021.
#3
Materi ‘Peta Kebudayaan Indonesia’ oleh Dr. Hilman Farid (Dirjen Kebudayaan Kemdikbud Ristek RI) pada 28 Mei 2021.
#4 Materi ‘Kombinasi Lokalitas dan Modernitas: Upaya Pemajuan Kebudayaan’ oleh Arif Susanto (PSIK Indonesia) pada 4 Juni 2021.
Para Peserta Lokakarya dari Seluruh Indonesia |
Aku terperanjat ketika mengetahui bahwa para peserta lokakarya tersebar di seluruh pelosok negeri. Kami mencoba mengenal satu sama lain meski hanya secara virtual. Walau kami berasal dari daerah, agama, status pekerjaan yang berbeda, tetapi misi kami sama dan hanya satu. Yaitu menjunjung tinggi budaya masing-masing sebagai suatu kebanggaan.
Tidak sebatas ilmu yang ngawang-ngawang atau hanya mendengarkan pemateri berbicara. Para peserta juga diberi tugas untuk menuliskan kebudayaan yang ingin diangkat. Tulisan-tulisan tersebut nantinya akan dicetak dan dipublikasikan agar bisa menyentuh segala lapisan masyarakat yang ingin mendalami kebudayaan. Dengan batasan sekitar 4000 kata, aku berusaha menjelaskan secara mendetail terkait Budaya Pendalungan yang sering ‘disalahartikan’.
Selama proses penyusunan
buku, kami benar-benar dibimbing oleh beberapa mentor yang sangat khatam dengan pengetahuan tradisional. Tak
jarang kami mengemukakan pendapat dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan agar
tujuan di awal terkait lokakarya, yakni menghasilkan karya berupa sebuah buku dapat
berjalan dengan lancar.
Imajinasi Budaya dan Tradisi Masyarakat Indonesia
dalam Rangkaian Kata
Buku Imajinasi Nusantara dan Modul Pengetahuan Tradisional (Dokumentasi Pribadi) |
Setelah kurang lebih satu
bulan lamanya menerima kritikan dan saran dalam proses pengerjaan buku. Hingga
tiba saatnya waktu yang ditunggu-tunggu datang jua yakni pencetakan buku. Tepat
pada 3 September 2021, panitia mengonfirmasi bahwa buku siap untuk dikirimkan
kepada semua penulis (peserta lokakarya) yang terlibat.
Daftar Isi Buku Imajinasi Nusantara (Dokumentasi Pribadi) |
Buku ini terdiri dari 407 halaman dan berisi 23 budaya maupun tradisi dari ujung timur hingga barat Indonesia yang dipaparkan secara gamblang. Buku ini berjudul Imajinasi Nusantara : Budaya Lokal dan Pengetahuan Tradisional dalam Masyarakat Indonesia Kontemporer.
Kata ‘imajinasi’ pada judul buku ini bisa dimaknai agar para pembacanya dapat berangan-angan membayangkan keelokan tradisi yang mungkin akan tergerus oleh zaman apabila tidak dilestarikan. Oleh karena itu, penambahan kata ‘Masyarakat Indonesia Temporer’ secara tidak langsung dapat bersifat persuasif kepada kita bangsa Indonesia untuk segera merawat kebudayaan.
Selain itu, pemilihan kata
imajinasi dimaksutkan agar para pembaca dapat mengimajinasikan kebudayaan di
Indonesia yang tertuang dalam sebuah buku. Dengan kata lain, walaupun pandemi
belum juga usai, kita bisa menapaki jejak-jejak kebudayaan meski hanya
#DiRumahAja.
Modul Pengetahuan Tradisional (Dokumentasi Pribadi) |
Ilustrasi dalam Modul Pengetahuan Tradisional (Dokumentasi Pribadi) |
Para peserta lokakarya
juga dikirimkan sebuah Modul Lokalitas
dan Pengetahuan Tradisional. Modul tersebut dibuat dengan tujuan untuk
pengkayaan informasi bagi orang-orang yang khususnya berkecimpung di dunia
pendidikan agar memperkenalkan pentingnya budaya dan tradisi lokal Indonesia.
Tulisan Kebangkitan Orang Pendalungan : Upaya Menemukan Jati Diri (Dokumentasi Pribadi) |
Dalam Buku Imajinasi Nusantara, aku mengangkat tulisan berjudul Kebangkitan Orang Pendalungan : Upaya Menemukan Jati Diri. Bukan tanpa alasan aku memilih judul tersebut. Aku menyebut kata kebangkitan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa Orang-orang Tapal Kuda Jawa Timur (Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi) masih dalam tahap mencoba menggali kebudayaannya sendiri hingga saat ini.
Mengapa? Karena masyarakat
Pendalungan sering diasosiasikan sebagai ‘Madura Swasta’ akibat tradisi dan
bahasa yang digunakan lebih banyak berdialek Madura. Namun karena akulturasi budaya
Jawa dan Madura yang sangat besar inilah yang membuat identitas Orang Tapal
Kuda cenderung ngambang (tidak jelas).
Subbab Gejolak Penolakan Identitas Budaya Pendalungan (Dokumentasi Pribadi) |
Sebagai warga Probolinggo,
keresahan akan identitas budaya ini aku sampaikan bahkan dalam subbab
tersendiri, yaitu ‘Gejolak Penolakan Identitas Budaya Pendalungan’. Karena
berdasarkan survei yang aku lakukan, banyak ditemui fenomena Orang Tapal Kuda
begitu malu dengan ketidakjelasan identitasnya sehingga berusaha menjadi seperti
Orang Jawa ‘asli’ pada umumnya. Bahkan di kalangan pemuda Tapal Kuda, juga enggan
menampilkan sisi ke-Madura-annya di hadapan orang luar kota.
Poster Festival Pendalungan Kota Probolinggo 2018 (Facebook Pemerintah Kota Probolinggo) |
Bukan hanya berdiam diri, pemerintah daerah telah banyak mengusahakan agar Budaya Pendalungan tidak hilang oleh perkembangan zaman. Contohnya seperti Pemerintah Kota Probolinggo telah mendeklarasikan diri sebagai ibukota Pendalungan pada tahun 2010. Diikuti juga dengan Pemerintah Kabupaten Jember yang juga memproklamasikan Pelangi Budaya Pendalungan sejak tahun 2015.
Namun nampaknya, upaya
menemukan jati diri yang dialami Masyarakat Tapal Kuda akan masih terus berlanjut.
Selama stigma negatif yang diterima masyarakat Pendalungan terhadap Budaya
Madura masih diterapkan.
Cuplikan Perburuan Paus Ola Nue Lamalera (Dokumentasi Pribadi) |
Bergeser ke kisah tradisi dari peserta lain, semua tradisi yang disajikan dalam Buku Imajinasi Nusantara sangatlah menarik untuk ditelaah dan diketahui. Salah satunya ialah Tradisi Berburu Paus ‘Ola Nue’ di Lamalera, Nusa Tenggara Timur oleh Yohanes Yerius Lando.
Seperti yang diketahui bersama
bahwa paus sebagai mamalia terbesar di dunia ini merupakan hewan dilindungi.
Namun tradisi ini tetap dilaksanakan hingga sekarang dengan menerapkan aturan
diantaranya ialah perburuan hanya berlaku pada Bulan Mei hingga Oktober.
Berburu ikan paus yang dilakukan masyarakat Lamalera hanya sebatas untuk
pemenuhan kebutuhan pangan bukan eksploitasi.
Cuplikan Festival Rambu Solo' Toraja (Dokumentasi Pribadi) |
Peserta lokakarya asal
Toraja, Monalisa Siling Tangipau juga membagikan kisahnya mengikuti tradisi rambu solo’. Sebuah ritual dalam upacara
kematian adat Toraja yang dipengaruhi oleh kasta orang yang meninggal. Semakin
tinggi tingkat kekayaan dan jabatan yang dimiliki si empunya acara (orang yang
meninggal), maka semakin besar upacara kematiannya.
Cuplikan Tradisi Kaolotan Cibadak (Dokumentasi Pribadi) |
Sementara Budi Harsoni memaparkan secara lengkap budaya pertanian Kaolotan yang ada di Cibadak. Akhmad Jauhari memanfaatkan teknologi sebagai sumbangsihnya terhadap Cerita Panji Wayang Golek. Muhammad Iqbal Tabah yang mempromosikan massossor manurung, tradisi tolak bala Mamuju dan Bali. Serta pengetahuan budaya lainnya yang sangat panjang jika dijelaskan satu persatu.
Selain itu, banyak peserta yang
telah menyalurkan buku tersebut ke berbagai lembaga. Mulai dari komunitas
hingga tingkat perguruan tinggi. Seperti yang dilakukan Kak Subhan Saleh kepada
Komunitas Baca Zein Office Polewali Mandar, Pak Budi Harsoni kepada Juru Bicara
Kaolotan Cibadak, Kak Siti Muniroh kepada Pusham (Pusat Studi Hak Asasi
Manusia) dan Pusdokham (Pusat Dokumentasi HAM) Universitas Surabaya, serta
masih banyak lagi yang lainnya.
Poster Bedah Buku Imajinasi Nusantara |
Di Indramayu juga
melaksanakan acara bedah buku untuk memaparkan lebih gamblang terkait khasanah
kebudayaan Nusantara yang belum terekspos.
Di masa pandemi seperti sekarang, memahami keberagaman, tidak sebatas hanya bisa dilakukan secara luring (offline). Aku percaya, walau #DiRumahAja, keindahan toleransi bisa dipelajari. Salah satunya melalui sebuah lokakarya pembuatan buku. Melalui buku ini, aku dan para peserta lokakarya, secara tidak langsung 'dipaksa' untuk memahami kebudayaan daerah lain. Contohnya, jika di daerahku, kematian merupakan peristiwa penuh kesedihan, berbeda cerita dengan masyarakat Toraja.
Demikianlah secuil pengalamanku mengabarkan pada dunia tentang kebudayaan khas daerahku. Tidak hanya bermaksut mengunggulkan budaya sendiri, melalui Buku Imajinasi Nusantara ini, wawasanku semakin terbuka terhadap kebudayaan daerah lain yang baru ku ketahui. Aku bisa belajar saling menghargai bahwa perbedaan budaya itu sungguhlah indah.
Aku jadi semakin sadar bahwa pengetahuan tradisional harus dimiliki setiap orang khususnya anak muda sepertiku. Karena jika tidak sekarang kita harus mulai mempelajari budaya, terus kapan? Menunggu kebudayaan itu segera punah? Jika kamu penasaran ingin membaca dua buku tersebut, kamu bisa mengunduhnya di sini (Buku Imajinasi Nusantara dan Modul Lokalitas).
Ini cara saya untuk merawat kebersamaan, toleransi, dan keberagaman. Bagaimana cara kamu? Kabarkan/sebarkan pesan baik untuk MERAWAT kebersamaan, toleransi, dan keberagaman kamu dengan mengikuti lomba “Indonesia Baik” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.
0 komentar