Foto Relawan di Lombok Tengah (Dokumentasi Pribadi) |
“Terima kasih teman-teman, berkat kalian, di Desa Lantan sudah ada pelatihan pembuatan gula semut dan wisata air terjun menjadi semakin baik”. Begitu isi pesan via WhatsApp yang dikirimkan salah satu tokoh pegiat wisata Desa Lantan.
Pak Tafaul, seorang pria paruh baya yang tidak kehilangan semangat membangun desa. Beliau begitu getol berusaha memperkenalkan objek wisata Lombok yang tidak hanya tentang Gili Trawangan atau Gunung Rinjani. Tetapi adapula pilihan wisata lain seperti Air Terjun Babak Pelangi di Desa Lantan, Lombok Tengah.
![]() |
Foto Pemasangan Papan Nama Air Terjun Babak Pelangi (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Karena
pesan itu, seketika saya mencoba untuk membongkar memori di kepala. Berusaha mengingat-ingat
setiap sisi kejadian yang pernah terjadi, pada akhir bulan Januari tahun 2019
silam. Saat itu, saya memaksakan diri untuk terlibat dalam kegiatan kerelawanan.
Walaupun sedang bergulat dengan tugas akhir, saya ingin mencoba kabur
sejenak berbuat baik untuk sesama.
I Ketut Suarthaputra Pratama, Aktor Penghubung Tali
Keberagaman
![]() |
Foto I Ketut Suarthaputra Pratama dan YODE Institute (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Keberhasilan kegiatan kerelawanan ini tidak terlepas dari peran I Ketut Suarthaputra Pratama. Putra, sapaan akrabnya, ialah seorang mahasiswa Pendidikan Dokter, Universitas Mataram. Walaupun usianya sedikit lebih muda daripada saya. Namun semangat untuk selalu berbuat baiknya jauh lebih besar.
Bersama
rekan sejawatnya, ia membangun sebuah organisasi yang berfokus kepada kegiatan
sosial, yaitu YODE Institute. Organisasi tersebut bersama Tim Bantuan Medis Bumi
Gora (TBM-BG) turut serta dalam aksi membangkitkan kembali
kehidupan di Lombok, pasca gempa pada tahun 2018. Dan juga menyelenggarakan
kegiatan yang melibatkan pemuda dari seluruh Indonesia, yaitu National
Social Field Project (NSFP).
National
Social Field Project (NSFP), Bukan Hanya Sebatas Proyek
![]() |
Foto Membangun Tiang Bendera (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
NSFP
tidak hanya mewadahi para pemuda untuk mengimplementasikan rencana kegiatan.
Tetapi dari sana saya belajar banyak hal semenjak mulai melangkahkan kaki di
tanah Lombok. Bersama 15 orang lainnya dari penjuru negeri, kami memulai cerita
hidup bersama. Ada orang Lampung, ada orang Riau, ada orang Yogyakarta, ada
orang Bima, dan masih banyak lainnya.
Foto Naik Kapal Laut Bersama (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Kami
yang berasal dari Pulau Jawa, berembuk dan memutuskan untuk sehari semalam
terombang-ambing menumpang kapal laut agar bisa sampai ke Lombok. Kami tidak
saling mengenal sebelumnya, tetapi hati kami saling terpaut untuk semakin
mengakrabkan diri.
![]() |
Foto Renovasi Perpustakaan dan Bersama Murid SDN Pemasir (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
NSFP
membagi kami menjadi beberapa divisi yang terdiri dari Divisi Kesehatan, Divisi
Pendidikan, Divisi Ekonomi Kreatif, dan Divisi Sosial Lingkungan. Di Desa Lantan,
kami melakukan banyak kegiatan seperti pemasangan papan nama Air Terjun Babak Pelangi, membangun tiang bendera, menanam
pohon, renovasi perpustakaan SDN Pemasir, pelatihan pembuatan gula semut, dan
lain-lain.
Pulau Seribu Masijd Bagi Seluruh Agama
Foto Mengunjungi Masjid Hubbul Wathan Islamic Center (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Walaupun dikenal dengan julukan Pulau Seribu Masjid, Lombok menjadi daerah yang ramah dengan berbagai perbedaan termasuk pula agama dan etnis. Di Lombok, kami disatukan dari berbagai agama, mulai dari Islam, Kristen, dan juga Hindu. Kami saling support dan menghargai serta terbuka akan budaya baru.
“Maaf ya kak, ada macet di
depan”, ucap Putra saat kami harus melewati rombongan arak-arakan pengantin
yang disebut nyongkolan. Iya, di
Lombok saya mengenal banyak tradisi unik seperti merari’ (kawin culik), lulur lantai dengan kotoran sapi, dan masih
banyak lainnya. Bahkan lidah saya juga harus beradaptasi dengan masakan khas
Lombok yang sangat pedas.
Simpulan Kebersamaan dalam Perbedaan
![]() |
Foto Diskusi NSFP (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Dari kegiatan kerelawanan
ini, tidak hanya bertujuan membangun sebuah negeri. Namun banyak pesan
tersembunyi yang begitu erat mengikuti. Saya banyak belajar bahwa Indonesia
memiliki keanekaragaman adat dan tradisi. Kami saling mengenal satu sama lain
dan toleransi.
![]() |
Foto Memakai Gelang Lombok Bersama, Simbol Persahabatan (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Tidak selamanya kami selalu akur bersama, beberapa kali kami terlibat cekcok karena perbedaan pendapat. Tetapi hal itu menjadi pelengkap bahwa hidup indah jika banyak perbedaan. Sebab setiap individu berhak menyampaikan ide dan kritik terhadap sesuatu.
Ini
cara saya untuk merawat kebersamaan, toleransi, dan
keberagaman. Bagaimana cara kamu? Kabarkan/sebarkan pesan baik untuk MERAWAT
kebersamaan, toleransi, dan keberagaman kamu dengan mengikuti lomba “Indonesia
Baik” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio). Syaratnya, bisa Anda
lihat di sini.
0 komentar